BUDIDAYA BAWANG MERAH
Submitted by bpp.plemahan on Sat, 17/09/2011 - 06:36
I. PENDAHULUAN
I..Latar BelakangBawang merah adalah merupakan sayuran penting di Indonesia, selain untuk bumbu masak, bawang merah juga dapat digunakan sebagai obat-obatan. Dengan banyaknya penggunaan bawang merah menjadikan bawang pasar bawang merah sangat terbuka luas, baik pasar dalam negeri maupun luar negeri.
Rata-rata produksi bawang merah di Indonesia masih tergolong rendah, jika dibandingkan dengan potensi hasil, sebagai contoh produksi rata-rata bawang merah ex. Philipina adalah 4,4 ton/ha – 14 ton/ha, sedangkan potesi hasil adalah 20 ton/ha – 25 ton/ha. Oleh karena itu berbaikan sistim budidaya adalah sangatlah penting.
Morfologi bawang merah adalah : berakar serabut, berbatang sejati dengan bentuk pipih dan batang semu dengan bentuk pelepah daun, daun berbentuk bulat berlubang dan umbi berwarna merah. Tanaman bawang merah adalah merupakan salah satu tanaman sayuran berumur pendek, dan dapat hidup didataran rendah dengan ketinggian 10 s/d 250 dpl, namun demikian tanaman bawang merah dapat diusahakan pada dataran tinggi dengan ketinggian 800 s/d 1.200 dpl.
Dengan morfologi diatas tanaman bawang merah tergolong tanaman yang rentan terhadap hama dan penyakit, dan mempunyai karakter peka terhadap hama dan penyakit. Sehingga keberhasilan petani dalam budidaya bawang merah adalah tergantung pada produksi dan harga produk. Dengan perilaku harga yang sangat fluktuatif serta daya simpan yang pendek, maka perlu dilakukan pengamatan produktifitas serta permintaan pasar yang tepat.
Secara umum produksi bawang merah dipengaruhi : bibit yang unggul dan berkualiatas, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, pengairan, pengendalian hama dan penyakit, pemeliharaan dan penanganan pasca panen. Agar diperoleh produksi yang tinggi, maka perlu dilakukan upaya-upaya perbaikan dalam berbudidaya bawang merah, sehingga diperoleh bawang merah yang bermutu baik.
2..Syarat Tumbuh Bawang Merah
Beberapa syarat tumbuh bawang merah :
1. Tanah lempung berpasir atau berdebu , tanah alluvial atau latosol berpasir dengan struktur bergumpal
2. Tanah banyak mengandung bahan organik dan subur
3. Drainase baik dan PH tanah netral antara 5,5 s/d 6,5
4. Suhu udara baik antara 25oC – 32oC, kelembapan rendah, hari panjang (lama penyinaran >12 jam)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Bawang Merah :
1. Bibit
Terdapat beberapa macam varietas bawang merah diantaranya adalah : Thailand, Philip dan bauji, berikut beberapa karakter masing-masing varietas ;
No | Varietas | Anakan | Besar umbi | Ketahanan OPT | Curah hujan | Daya simpan | Produksi ton/ha |
1. | Philips | 20 umbi | + - 5 cm | - | Kurang tahan | 6 bulan | 25 |
2. | Thailand | 25 umbi | + - 5 cm | Agak tahan | Agak tahan | 6 bulan | 20 ton/ha |
3. | Bauji | 10 umbi | + - 5 cm | Agak tahan | Cukup tahan | 3 bulan | 10 ton/ha |
2. Mutu bibit
Bibit yang bermutu adalah bibit yang seragam, murni dan sehat, berikut cirri-ciri bibit yang baik :
a. Masa dormanse yang tepat
b. Bila ditekan terasa keras/tidak gembos
c. Bakal tunas tidak rusak
d. Batang sejati tidak rusak
e. Tidak terserang penyakit
f. Tidak membawa penyakit
g. Berasal dari tanaman sehat
h. Pertumbuhan serempak.
3. Lama penyimpanan bibit bawang merah
Lama penyimpanan bibit bawang merah adalah waktu yang diperlukan untuk menyimpan benih sampai bibit siap tanam atau masa dormanse,menurut Wibowo (1987), bibit bawang merah yang baik adalah pada penyimpanan 4 – 8 bulan dan jika sudah dicirikan : bila bibit dibelah sudah tumbuh tunah yang berwarna hijau yang panjangnya setengah panjang umbi.
4. Penggunaan Pupuk
Penggunaan pupuk pada tanaman adalah sebagai upaya penambahan unsure hara tanah/bahan makanan bagi tanaman, sehingga tanaman terpenuhi kebutuhan makannya dan pada akhirnya dapat berproduksi maksimal. Terdapat beberapa macam pupuk diantaranya adalah : pupuk anorganik, pupuk organik dan pupuk hayati.
Pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari sintesa kimiawi yang pada umumnya merupakan pupuk tunggal, contoh Urea, ZA, Superphost, KCl dll
Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari limbah organik, baik limbah ternak maupun limbah pertanian. Keuntungan penggunaan pupuk organik adalah dapat penambah unsure hara, kandungan unsure hara lebih lengkap (hara makro dan mikro), dapat memperbaiki struktur dan tekstur tanah/tanah menjadi gembur dan meningkatkan daya ikat air
Pupuk hayati adalah merupakan pemanfaatan bikroba yang bermanfaat bagi tanaman, dengan penggunaan mikroba tersebut akan dapat membantu tanaman dalam menyerap unsure hara yang berasal dari tanah dan udara serta akan menetralisir sisa metabolisme akar, sehingga tanaman menjadi lebih sehat dan pertumbuhan menjadi optimal (contoh adalah penggunaan PGPR)
5. Pengendalian organisme Pengganggu Tanaman (OPT)
Hama dan penyakit adalah sangat berperan dalam keberhasilan budidaya bawang merah, dan sering merupakan faktor utama turunnya produksi, bahkan pada tingkat tertentu dapat menjadikan gagal panen, untuk akan dilakukan pembahasan khusus.
II. BUDIDAYA BAWANG MERAH
Budidaya bawang merah merupakan usaha yang sangat menguntungkan dan sekaligus mengandung resiko tinggi terhadap kerugian. Kegagalan dalam budidaya bawang merah dapat terjadi pada : pola tanam, pemilihan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, perawatan, pengendalian organisme pengganggu tanaman, pemanenan dan penanganan pasca panen. Rata-rata produksi bawang merah di pulau jawa adalah 7,42 – 9,94 ton/ha, hal ini masih dibawah rata-rata potensi hasil bawang merah (Deptan, 2004). Untuk itu penanganan yang terintegrasi pada masing-masing tahap adalah sangat menentukan keberhasilan petani bawang merah.1..Pola Tanam
Pola tanam bawang merah disesuaikan dengan tujuan penanaman, yaitu bawang merah konsumsi dan bawang merah bibit.
Rotasi tanam sangatlah penting serta pengelolaaan tanam secara serempak akan menjamin kesuburan tanah dan pengendalian hama dan penyakit. Produktifitas lahan yang tinggi perlu diupayakan dengan menjaga tanah tidak boleh dibiarkan memiliki salinitas tinggi dan drainase jelek.
Contoh pergiliran tanaman :
No. | Bulan | Tanaman | Tujuan |
1. | Desember - Maret | Padi | Tanaman pangan |
2. | Maret - Mei | Padi/Jagung | Tanaman pangan |
3. | Juni - Agustus | Bawang merah | Konsumsi |
4. | September - Nopember | Bawang merah | Bibit |
2..Pemilihan Bibit
Pada umumnya bawang merah bawang merah diperbanyak dengan menggunakan umbi sebagai bibit. Kualitas umbi bibit merupakan salah satu faktor yang menentukan tinggi rendahnya hasil produksi bawang merah. Umbi bibit yang baik adalah harus diperoleh dari tanaman yang sudah cukup tua umurnya, yaiti sekitar 70 – 80 hari setelah tanam. Umbi bibit sebaiknya berukuran sedang (5 – 10 gram/umbi). Penampilan umbi harus segar dan sehat (padat dan tidak keriput) dan warnanya cerah (tidak kusam). Umbi bibit siap ditanam jika sudah disimpan selama 2 – 4 bulan setelah panen dan tunasnya sudah sampai ke ujung umbi. Cara penyimpanan umbi bibit yang baik adalah dalam bentuk ikatan di atas para-para dapur atau disimpan di gudang khusus dengan menggunakan pengasapan.
Faktor yang cukup menentukan kualitas umbi bibit bawang merah adalah ukuran umbi. Berdasarkan ukuran umbi dapat digolongkan menjadi tiga kelas, yaitu :
- Umbi ukuran besar ; Diamater > 1,8 cm atau > 10 gram
- Umbi ukuran sedang : Diameter 1,5 – 1,8 cm atau 5 – 10 gram
- Umbi ukuran kecil : Diameter < 1,5 cm atau < 5 gram
Secara umum umbi yang baik adalah yang berukuran sedang. Umbi berukuran sedang adalah merupakan umbi ganda dengan rata-rata terdiri dari 2 siung umbi, sedang umbi besar rata-rata memiliki 3 siung umbi.
Banyaknya umbi bibit yang diperlukan dapat diperhitungkan berdasarkan jarak tanam dan berat umbi bibit. Kebutuhan umbi bibit tiap hektarnya berkisar 600 – 1.200 kg.
3..Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah pada umumnya dimaksudkan untuk menciptakan lapisan olah yang gembur dan cocok untuk budidaya bawang merah .
a..Pemanfaatan lahan berat (struktur liat)
Tanah liat memiliki daya pegang yang kuat terhadap air, maka pembuatan got/saluran drainase memegang peranan penting bagi pertumbuhan bawang merah. Pembuatan got keliling, got antar bedengan , kedalaman got dan lebar bedengan harus mampu menjamin kelembaban tanah yang sesuai dengan syarat tumbuh bawang merah. Pada umumnya pengolahan tanah pada tanah liat adalah dengan menggunakan sistim cemplong dengan pengolahan sebagai berikut :
a. Tanah dicangkul atau dibajak tipis
b. Pembuatan got keliling dengan lebar 40 cm dan kedalaman 90-100 cm.
c. Cemplong (got) jarak antar bedengan 60 cm dan dalam 30 – 40 cm dan tanah dinaikkan ke atas petak. Sedangkan lebar bedengan 2900 cm.
d. Cecel (kecrik) pada tanah yang telah dinaikkan dari tanah hasil cemplong yng telah dikeingkan.
e. Cecel II (kecrik II) pada tanah yang telah dikecrik I sehingga diperoleh gumpalan tanah yang lebih kecil.
f. Perataan tanah dengan cangkul sehingga diperoleh hasil tanah yang bertekstur remah.
g. Sosrok, membuat jarak tanam yang disesuaikan dengan diameter umbi bibit, makin besar umbi bibit maka makin jarang jarak tanam.
b..Pemanfaatan lahan ringan (struktur berpasir)
Tanah ringan memiliki sifat kemampuan ikat pada air lebih kecil, maka pemanfaatan lah dapat menggunakan sistim bedeng dengan kedalaman saluran drainase yang lebih dangkal dan lebar saluran drainase yang lebih sempit, namun pembuatan got keliling harus lebih dalam dari pada saluran drainase antar bedengan guna menampung lapisan tanah atas yang ikut larut selama pengairan lahan tanaman bawang merah.
a. Tanah dicangkul/dibajak sedalam 30 cm, dan dipetak-petak
b. Bedengan dibuat dengan ukuran 1 – 2 m dan panjang disesuaikan.
c. Dibuat parit tepi (saluran drainase) disekeliling petak dengan ukuran lebar 60 cm dan kedalaman 50 cm.
d. Got (saluran air) dalam petak, lebar 50 cm dan dalam 40 cm.
e. Tanah diratakan dan dibuat bagian tengan agak tinggi (geger welut)
f. Membuat jarak tanam disesuaikan dengan diameter bibit, makin besar bibit maka lebih besar jarak tanam.
4..Penanaman
Sebelum dilakukan penanaman maka perlu dilakukan perlakuan pemotongan ujung umbi. Pemotongan ujung umbi bibit ini ini dimaksudkan untuk membuang penghambat tumbuh tunas umbi yang berada pada ujung umbi. Pemotongan ujung umbi ditentukan atas dasar lama penyimpanan bibit atau masa dormance. Besar pemotongan ujung umbi ditentukan oleh varietas dan lama penyimpanan, semakin lama masa penyimpanan maka semakin sedikit pemotongan ujung umbinya.
Berikut contoh besar pemotongan ujung umbi:
No. | Varietas | Lama penyimpanan bulan | Panjang pemotongan ujung umbi |
1. | Ex. Philipina | 1 – 2 | Dipotong 30 % |
| | 3 - 4 | Dipotong 20 % |
| | 4 - 6 | Dipotong 10 % |
| | 7 - 8 | Dibuang kuncupnya |
| | | |
2. | Bauji | 1 | Dipotong 20 % |
| | 2 | Dipotong 10% |
| | 3-4 | Dibuang kuncupnya |
a..Pembuatan lubang tanam
Pembuatan lubang tanam dengan menggunakan sosrok dengan kedalaman disesuiakan dengan panjang bibit, semakin panjang ukuran bibit maka semakin dalam pembuatan lubang, demikian sebaliknya,
b..Pembenaman
Pembenaman umbi diupayakan sampai ¾ bagian umbi masuk kedalam lubang yang telah disiapkan sebelumnya. Jarak tanam pada musim kemarau 15 x 15 cm dan pada musim hujan 15 x 20 cm.
c..Perlakuan bibit.
Sebelum umbi dibenamkan dapat dilakukan pencampuran dengan PGPR, 2 jam sebelum tanam bibit bawang merah yang siap ditanam disemprot merata dengan larutan PGPR dengan dosis 10 cc/ltr air. Hal ini digunakan sebagai perangsang tumbuh juga untuk mengendalikan penyakit akar dan moler.
5..Pemupukan
Dosis pemupukan bervariasi tergantung dengan situasi setempat, jika kelebihan Urea atau ZA dapat mengakibatkan leher umbi tebal dan umbinya kecil-kecil, akan tetapi jika kurang, pertumbuhan terhambat dan daunnya menguning pucat. Kekurangan KCl juga dapat menyebabkan ujung daun mengering dan umbinya kecil.
Pemupukan dapat diberikan sebanyak tiga kali, yaitu satu kali pupuk dasar dan dua kali pupuk susulan :
No | Pemupukan | Jenis | Dosis | Aplikasi |
1. | Dasar | Organik/bokashi | 2 – 5 ton/ha | Sebelum/saat tanam |
| | Urea | 20 – 40 kg/ha | Sebelum/saat tanam |
| | ZA | 70 – 150 kg/ha | Sebelum/saat tanam |
| | SP-36/superphost | 150 – 250 kg/ha | Sebelum/saat tanam |
| | atau | | |
| | NPK (15-15-15) | 200 kg/ha | Sebelum/saat tanam |
| | | | |
2. | Susulan I | Urea | 50 – 90 kg/ha | 14 hari setelah tanam |
| | ZA | 100 – 200 kg/ha | 14 hari setelah tanam |
| | KCl | 100 – 140 kg/ha | 14 hari setelah tanam |
| | Atau | | |
| | NPK (15-15-15) | 200 kg/ha | 14 hari setelah tanam |
| | | | |
3. | Susulan II | Urea | 30 – 70 kg/ha | 28 hari setelah tanam |
| | ZA | 70 – 150 kg/ha | 28 hari setelah tanam |
| | KCL | 120 - 170 kg/ha | 28 hari setelah tanam |
| | Atau | | |
| | NPK (15-15-15) | 150 kg/ha | 28 hari setelah tanam |
| | | | |
| Total pemupukan | Jenis | Jumlah | |
| | Organik/bokashi | 2 – 5 ton/ha | |
| | Urea | 100 – 200 kg/ha | |
| | ZA | 240 – 500 kg/ha | |
| | SP-36/Superphost | 150 – 250 kg/ha | |
| | atau | | |
| | NPK (15-15-15) | 550 kg/ha | |
6..Perawatan
Perawatan meliputi pembenahan bibit, penyiangan, pendangiran,pembenahan tembok/galeng bedeng, pengairan dan pemberantasan OPT.
a..Pembenahan bibit
Pembenahan umbi bibit segera dilakukan jika terdapat bibit yang tidak berada pada lubang tanam akibat pendistribusian air (ebor), atau bibit yang terbalik dan bibit yang tidak dapat tumbuh karena kesalahan pemotongan ujung (bodong), hal ini bibit dapat dipotong ulang atau diganti bibit yang telah dipersiapkan sebelumnya.
b..Penyiangan
Penyiangan perlu dilakukan jika terdapat tumbuhan pengganggu. Hal ini agar tanaman agar tanaman terlindungi dari gangguan rumput-rumput liar yang mengganggu pertumbuhan tanaman bawanng merah :
Gulma/rumput dapat menganggu tanaman utama karena :
- Terganggunya perakaran tanaman
- Terganggunya penyerapan unsure hara/persaingan makan
- Terganggunga ekologi mikro (sinar matahari terganggu dan kelembapan tinggi)
- Dapat menjadi inang hama dan penyakit bawang merah
c..Pendangiran
Pendangiran dilakukan dengan tujuan agar tanah disekitar pertanaman tetap gembur sehingga penetrasi akar menjadi mudah, mengatur kelembaban tanah dan mempertiinggi jumlah pori-pori tanah sehingga udara dalam jumlah yang cukup untuk kebutuhan pernafasan bawang merah.
Pendangiran sebaiknya dilakukan pada fase pertumbuhan batang, yaitu setelah umur 20 hari setelah tanam, yaitu dengan cara 2 s/d 3 sebelum dan sesudah pendangiran pemberian air dihentikan. Dan pendangiran tersebut dapat dilakukan bersamaan dengan pemberian pupuk susulan ke II, agar pupuk terbenam kedalam tanah.
Dalam melakukan pendangiran perlu dilakukan secara hati-hati agar tanaman tidak terungkit keluar atau tanaman menjadi layu, dan diupayakan kedalaman cukup serta tanah hasil pendangiran dibumbunkan dipangkal batang tanaman bawang merah, agar batang berubah menjadi besar dalam bentuk umbi.
d..Pembenahan tembok galeng
Pembenahan tembok galeng pada bedengan perlu dilakukan agar :
- Mencegah erosi permukaan akar
- Mencegah larutnya pupuk dari media tanam
- Mencegah rusaknya petakan media tanam
- Dapat menampung air yang diberikan pada saat ebor.
Pembenahan tembok galeng ini perlu dilakukan setiap saat terjadi kerusakan sampai menjelang masa panen.
e..Pengairan
Pemberian air dilakukan berdasar fase pertumbuhan bawang merah, seperti diketahui bawang merah terdapat tiga fase pertumbuhan :
1..Fase pertumbuhan awal (0 – 10 hari setelah tanam)
Pada fase pertumbuhan awal pengairan diberikan dua kali sehari, yaitu pada pagi dan sore hari. Penyiraman di pagi hari diusahakan sepagi mungkin di saat daun bawang merah masih kelihatan basah untuk mengurangi serangan penyakit. Penyiraman sore hari dapat dihentikan jika prosentase tanaman tumbuh telah mencapai lebih 90 %.
Air yang digunakan diusahakan bebas dari penyakit bawang merah juga dihindari air dengan salinitas tinggi, dan tinggi permukaan air dalam canal (got) dipertahankan 20 cm dari permukaan bedeng tanaman.
2..Fase pertumbuhan vegetative (11 – 35 hari setelah tanam)
Penyiraman atau pengairan dilakukan satu hari sekali yaitu pada pagi hari, dan jika ada hujan rintik-rintik dan ada serangan thrips dilakukan penyiraman pada siang hari.
3..Fase pembentukan umbi (36 – 50 hari setelah tanam)
Pada fase ini dibutuhkan air yang cukup untuk pembentukan umbi, maka pada musim kemarau perlu dilakukan pengairan sehari dua kali, yaitu pada pagi dan sore hari.
4..Fase pematangan umbi (51 – 65 hari setelah tanam)
Pada fase ini tidak dibutuhkan banyak air maka penyiraman dapat disesuaikan dengan keadaan tanaman.
III. PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TANAMAN
Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) adalah faktor pembatas produksi tanaman di Indonesia baik tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan. Organisme pengganggu tanaman secara garis besar dibagi menjadi tiga yaitu hama, penyakit dan gulma. Hama dapat menimbulkan gangguan pada tanaman secara fisik, dapat disebabkan oleh serangga, tungau, vertebrata dan moluska. Sedangkan penyakit menimbulkan gangguan fisiologis pada tanaman, disebabkan oleh cendawan, bakteri, fitoplasma dan virus. Perkembangan hama dan penyakit sangat dipengaruhi oleh dinamika faktor iklim. Sehingga tidak heran jika pada musim penghujan dunia pertanian sangat disibukkan oleh masalah penyakit tanaman.A..Hama Penting Pada Tanaman Bawang Merah
1..Ulat Bawang (Spodoptera exigua atau S. litura)
Telur diletakkan pada pangkal dan ujung daun bawang merah secara berkelompok, telur dilapisi benang-benang putih seperti kapas. Telur akan menetas dalam waktu 5 – 7 hari pada kondisi normal. Telur yang ditemukan pada rumpun tanaman hendaknya diambil dan dimusnahkan. Biasanya tanaman bawang merah sering terserang ulat grayak jenis spodoptera exigua dengan ciri terdapat garis hitam diperut/kalung hitam di leher. Larva akan tinggal didalam daun dan memakan dari dalam. Dimulai dari ujung daun, ulat memakan jaringan tanaman bagian dalam, sehingga yang tertinggal hanya jaringan epidermisnya saja. Daun berwarna kecoklatan dan pada tahap selanjutnya daun akan mati dan akhirnya tanaman juga akan mati.
Pupa (kepompong) ulat grayak
- Pupa (kepompong) dijumpai didalam tanah
- Pupa berwarna coklat dan panjangnya +- 2 cm
- Lama masa pupa bervariasi tergantung dari kondisi lingkungan.
Imago (serangga dewasa)
- Imago mempunyai panjang 1,5 cm
- Sayap imago mempunyai panjang +-2,5 cm
- Warna tubuh dan sayap adalah abu-abu keperakan atau abu-abu kecoklatan.
- Sayap depan mempunyai bercak ditengahnya. Sayap belakang lebih pucat dengan tepi berwarna lebih gelap.
Cara pengendalian adalah dengan memetik daun bawang merah yang terserang (petan). Dan jika populasi sudah diatas ambang dapat dilakukan dengan menggunakan pestisida Hostathion 40 EC, Buldog, Lanet dll, dengan dosis 2 cc/ltr air.
Atau dengan Curacron 500 EC, 2 ml/ltr air bergantian Proclaim 5 SG 2 g/ltr air atau Match 50 EC 1 ml/ltr air
Cara pengendalian ramah lingkungan :
Pengendalian ini dengan menggunakan lampu perangkap yang dipasang disawah, dengan jarak 20 cm X 20 cm, sehingga dalam satu hektar diperlukan 25 s/d 30 lampu. Pemasangan perangkap lampu ini diletakkan tidak lebih 40 cm diatas permukaan bedengan.
2..Ulat tanah
Ulat ini berwarna coklat hitam. Pada bagian pucuk/titik tumbuhnya atau tangkai kelihatan rebah karena dipotong pangkalnya. Kumpulan ulat pada senja atau malam hari . jaga kebersihan dari sisa-sisa tanaman atau rerumputan yang menjadi sarangnya.
3..Thrips
Thrips biasanya hidup disela-sela daun, serangga betina dapat meletakkan telur sekitar 80 buah yang akan menetas dalam waktu 5 – 10 hari. Siklus hidupnya berkisar antara 7 – 21 hari tergantung dengan kondisi lingkungan. Ukuran serangga dewasa adalah 1 – 2 mm.
Thrips mulai menyerang pada pertanaman umur 30 hari setelah tanam, karena kelembaban disekitar tanaman relative tinggi dengan suhu rata-rata diatas normal. Daun bawang merah yang terserang berwarna putih mengkilat seperti perak, serangan yang parah daun menjadi layu. Serangan berat terjadi pada suhu udara diatas normal dengan kelembaban diatas 70 %. Jika ditemukan serangan penyiraman dikalukan pada siang hari, amati predator berupa kumbang macan.
Semprotkan curacron 500 EC dengan konsentrasi 2 ml/ltr air
4..Pengorok daun (Liriomyza, Spp)
Belatung hama pengorok daun tinggal dan makan dari dalam jaringan daun, sehingga berbentuk korokan atau guratan pada daun. Siklus hidup berkisar 2 minggu. Serangan yang parah akan menyebabkan seluruh jaringan daun mati dan akhirnya tanaman juga mati.
Pengendalian menggunakan Trigard 75 WP 2 gram/ltr air dan bergantian dengan agrimec 18 EC 0,5 cc/ltr.
B..Penyakit Penting Pada Tanaman Bawang Merah.
1..Layu ( Jamur Fusarium oxysporum)
Penyakit yang perlu diwaspadai pada saat awal pertumbuhan adalah layu fusarium. Gejala awal dari penyakit ini adalah ditandai dengan menguningnya daun bawang merah, selanjutnya tanaman layu dengan cepat (ngoler). Tanaman yang terserang dicabut dan dibakar atau dibuang jauh dari pertanaman.
Pengendalian dengan menggunakan agens hayati PGPR
Dari hasil penelitian (santoso, 2007), bahwa pemakaian PGPR dapat mengendalikan penyakit ngoler dan mampu meningkatkan produksi bawang merah. Bakteri Pseudomonas fluorescens yang terdapat pada PGPR mampu menghasilkan zat perangsang pertumbuhan tanaman dan juga mampu menekan pertumbuhan pathogen, sehingga dapat berfungsi ganda, yaitu meningkatkan produksi dan mengendalikan penyakit.
Cara pemakaian :
Perlakuan bibit : Semprot bibit saat akan ditanam setelah dipotong ujungnya dengan larutan PGPR dengan dosis 10 cc PGPR/liter air.
Semprot : Dengan dosis 10 cc PGPR/liter air, pada tanaman umur 10, 20 dan 30 hari setelah tanam, dengan volume semprot 500 ltr larutan/ha.
2..Trotol atau bercak ungu (Jamur Altemaria porii)
Penyebaran penyakit ini melalui umbi atau percikan air dari tanah. Gejala serangan ditandai dengan terdapatnya bintik lingkaran konsentris berwarna ungu atau putih kelabu di daun dan di tepi daun kuning serta mengering ujung-ujungnya. Serangan pada umbi sehabis panen mengakibatkan umbi busuk sampai berair dengan warna kuning hingga merah kecoklatan. Setelah 3 – 4 minggu dari timbulnya gejala awal daun akan roboh dan jaringan daun akan mati. Langkah preventif jika ada hujan rintik-rintik segera lakukan penyiraman.
Pengendalian secara preventif :
Dengan menggunakan agens hayati Trichoderma, Spp. Dengan dikocorkan atau disemprotkan pada pangkal batang dengan konsentrasi 10 ml/ltr air. Aplikasi dilakukan pada tanaman berumur 10, 20, 30 dan 40 hari setelah tanam.
3..Antraknose atau otomatis (Jamur Collectotricum gloesporiodes)
Gejala serangannya adalah ditandai ditandai terbentuknya bercak putih pada daun, selanjutnya terbentuk lekukan yang menyebabkan patahnya daun secara serentak/otomatis. Serangan pada umbi adalah berupa bercak berwarna hijau tua atau hitam. Serangan pada umbi akan menyebabkan daun menjadi berkelok-kelok tumbuhnya, sehingga tidak lurus ke atas seperti seharusnya. Penyakit menyebar melalui angina tau percikan air. Jika terdapat serangan segera tanaman dicabut dibakar atau dibuang jauh dari pertanaman.
Pengendalian :
- Memperbaiki aerasi dan drainase, agar pada lingkungan pertanaman tidak ada air yang tergenang dan kelembaban tidak terlalu tinggi sehingga cendawan tidak dapat berkembang dengan baik.
- Memperlebar jarak tanam terutama pada musim hujan
- Rotasi dengan tanaman lain.
4..Virus
Gejala pertumbuhan kerdil, daun menguning, melengkung kesegala arah dan terkulai serta anakannya sedikit. Usahakan memakai tanaman bebas virus serta pergiliran tanaman selain golongan bawang-bawangan. Virus ini ditularkan oleh hama golongan penusuk penghisap.
Pengendalian :
Belum ada produk yang direkomendasikan untuk pengendalian virus. Oleh sebab itu dikendalikan vektornya.
Pengendalian kutu vektor:
Pengendalian dilakukan dengan Agens hayati Verticillium, Sp dengan konsentrasi 5 – 10 cc/ltr air. Dan penyemprotan sebaiknya dilakukan pada sore hari, menjelang matahari terbenam.
5..Busuk umbi
Umbi yang terserang menjadi busuk dan berbau, biasanya menyerang pada tanah yang becek, drainase jelek.
C. Musuh Alami Hama Bawang Merah
1..Kumbang koksi
Kumbang koksi adalah musuh alami dari thrips dan kutu daun
2..Kumbang paedarus
Kumbang paedarus adalah juga musuh alami dari thrips dan kutu daun
3..Laba-laba
Laba-laba adalah predator ulat grayak, ulat bawang dan kutu daun
IV, PANEN
Bawang merah dapat dipanen pada umur 55 hari untuk bawang merah konsumsi dan umur 60 – 80 hari untuk bawang merah bibit. Ciri-ciri bawang merah yang siap dipanen adalah pangkal daun menipis, daun tampak menguning, lebih 60 % daun rebah dan buah tampak mengambang dengan warna merah dan keras.Cara pemanenan bawang merah terdapat beberpa hal yang perlu diperhatikan :
- Penyiraman dihentikan 4 – 5 hari sebelum panen
- Pencabutan dilakukan dengan hati-hati agar daun tidak banyak yang putus
- Dipanen setelah daun-daun berwarna kuning dan telah rebah.
- Umur tanaman antara 72 – 80 hari setelah tanam
Bila disimpan maka perlu dilakukan pengeringan dan diunting (diikat)
1.. Teknologi pengeringan Penyimpanan Bawang Merah
Pada panen raya dimana produksi sangat melimpah harga jual yang diterima petani sangatlah rendah, bahkan tidak seimbang dengan biaya panen. Bawang merah merupakan salah satu komoditas pertanian yang mudah rusak. Kerusakan pasca panen yang sering terjadi pada bawang merah adalah tumbuhnya tunas, pelunakan umbi , tumbuhnya akar dan busuk serta munculnya jamur berwarna gelap akibat kapang. Kerusakan ini berakibat menurunnya daya simpan serta mutu bawang merah. Untuk menangani ini diperlukan penanganan pasca panen yang tepat.
Titik kritis penanganan pasca panen bawang merah adalah apabila panen pada saat musim hujan adalah pada saat pengeringan atau pelayuan daun dan umbi. Kegagalan proses pelayuan daun dapat mengakibatkan infeksi bakteri pembusuk. Sedangkan kegagalan pengeringan umbi dapat menyebabkan turunnya daya simpan , umbi cepat busuk, bertunas dan tumbuh akar. Kehilangan akibat kerysakan ini dapat mencapai 20 – 40 %. Selama ini pengeringan yang dilakukan petani adalah dengan menggunakan sinar matahari, hal ini dapat dilakukan selama 7 - 9 hari. Pada saat udara cerah pengeringan dapat dilakukan lebih cepat, namun pada saat mendung bahkan hujan pengeringan tidak dapa dilakukan sama sekali, sehingga bawang merah menjadi cepat busuk.
2. Instore drying (Bangunan pengering)
Bangunan ini terbuat dari atap dari fiber glass dilengkapi dengan aerasi udara (Ball window), dinding terbuat dari fibre glass, rak pengering penyimpanan berupa rak gantung terbuat dari bambu. Bangunan dengan ukuran 6 m x 6 m dengan tinggi 3 m, dapat digunakan untuk menyimpan/mengeringkan bawang merah sebanyak 5 – 10 ton. Kerusakan penyimpanan dengan bangunan ini mencapai 0,24 %, sedangkan pengeringan dengan sinar matahari pada cuaca cerah mencapai 1,68 %.
3..Prosessing benih.
- Pengeringan umbi dilakukan dengan dijajar berbaris selebar bedengan dengan umbi bawang merah ditutup 1/3 dari daun cabutan berikutnya dan dikeringkan selama 4 – 5 hari.
- Pengeringan dihentikan jika umbi kelihatan mengkilap, lebih merah, leher umbi tampak keras dan apabila terkena sentuhan terdengar gemersik.
- Sortasi dilakukan setelah dilakukan pengeringan
- Ikatan bawang merah dapat disimpan dalam rak penyimpanan atau digantung dengan kadar air 80 – 85 %.
- Ruang penyimpanan harus bersih, cukup ventilasi dan tidak dicampur dengan komoditas lain, dengan suhu ruangan 30 – 33oCn dan kelembaban 55 – 75 %
- Setelah 1 – 1,5 bulan penyimpanan, dilakukan sortasi terhadap umbi bawang merah yang keropos/busuk.
- Diberi fungisida/insektisida, ditaburkan dibagian diantara umbi dan ikatan dalam.
- Benih bawang merah jika disimpan dengan baik, dapat bertahan lama didalam ruang penyimpanan.
4..lama Penyimpanan Umbi Bibit Bawang Merah
Lama penyimpanan umbi bibit bawang merah adalah, masa atau waktu yang digunakan untuk menyimpan benih, yang untuk selanjutnya disebut dengan masa dormasi. Selanjutnya menurut Wibowo (1987) bahwa umbi bawang merah yang siap di tanam paling tidak telah disimpan (masa dormance 4 – 8 bulan) pada saat tersebut apabila umbi bawang dibelah telah mulai tumbuh tunasnya yang berwarna hijau yang panjangnya sekitar separoh panjang umbi sampai dengan ujung umbi, hal ini tergantung dari varietas bawang merah, sebab untuk masing-masing varietas bawang merah memiliki masa dormance yang berbeda-beda. Hal tersebut merupakan criteria pokok untuk dapat menilai apakah umbi siap digunakan bibit atau belum., yang juga untuk menentukan perlakuan berikutnya, apakah umbi bibit perlu dipotong ujungnya apa tidak pada saat penanaman. Pemotongan ujung umbi didasarkan pada lama masa dormance dari bibit.
Contoh ; Anallisa usaha budidaya bawang merah ANALISIS USAHA TANI BAWANG MERAH LUAS 1 HA | | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| A. Unsur Biaya Tidak Tetap | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
NO | Uraian | Jumlah | Harga <Rp> | Total <Rp> | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
1. | Bibit | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
2. | Mulsa | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
3. | Pupuk | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - ZA | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - SP-36 | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| -NPK <Majemuk> | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - Pupuk Organik <Bokashi Plus> | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
4. | Pestisida | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - Insektisida | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - Fungisida | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
5. | Agens Hayati | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - PGPR | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - Trichoderma | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - Verticillium | | | | | 9.900.000 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
6. | Pengairan | | | | | 3.080.000 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
7. | Tenaga Kerja | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - Pembajakan | | | | | 192.500 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - Pembuatan bedengan | | | | | 1.120.000 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - Pemasangan mulsa | | | | | 2.625.500 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - Penanaman | | | | | 3.500.000 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - Pemupukan | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - Penyemprotan | | | | | 875.000 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| - Panen | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
| Jumlah | | | | | | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
B. Unsur Biaya Tetap
C. Hasil Penjualan Bawang Merah
| |
D. Perhitungan Keuntungan atau Kerugian (Rugi Laba)
No | Uraian | Jumlah | Satuan | Harga Satuan (Rp) | Jumlah Nilai (Rp) |
1. | Hasil Penjualan | | | | |
2. | Total Biaya a.Biaya tidak tetap b.Penyusutan Jumlah Biaya | | | | |
3. | Keuntungan (1-2) | | | | |
| B/C Ratio | | | | |
| HPP | | | | |
| HJP | | | | |
DAFTAR PUSTAKA
Achmad Hidayat, budidaya Bawang Merah, Balai Penelitian Tanaman sayuran, Jakarta
Agus Nurawan, 2009, Peluang Pengembangan Feromon Seks Dalam Pengendalian Hama Ulat Bawang Merah, Journal Litbang pertanian, Bogor
Anonimous, 2009, Budidaya Bawang merah, Journal Litbang Pertanian, Jakarta
Anonimous, 2009, Bawang Merah, Journal Litbang Pertanian, Jakarta
Anonimous, 2003, Perbenihan Bawang Merah, Journal Litbang Pertanian, Jakarta
Anonimous, 2005, Penyimpanan Benih dan Pembibitan, IPB, Bogor
Edy Suprapto, 2007, Penekanan Hayati Penyakit moler Pada Bawang merah Dengan PGPR, Journal litbang Pertanian, Jakarta
Karno, 2009, Buku Petunjuk Penggunaan Agens Hayati Pada Tanaman Hortikultura, Balai Penyuluhan pertanian Kecamatan Plemahan, Kediri
Surojo G, 2006, Pemupukan dan Pemeliharaan Bawang Merah, Dipertabun, Nganjuk
Surojo G, 2006, Penggunaan Benih dan Pemeliharaan Bawang Merah, Dipertabun, Nganjuk
Surojo G, 2006, Pengelolaan Lahan dan Penyiapan Lahan Media Tanam Bawang Merah, Dipertabun, Nganjuk
PENGARUH KERAPATAN POPULASI GULMA TEKI TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN BAWANG MERAH DAN KACANG TANAH
Oleh: Salahuddin Adi Kelana
Latar Belakang
Tanamam Bawang merah merupakan salah satu tanaman yang dibutuhkan untuk kehidupan manusia, dalam pertumbuhan tanaman banyak faktor yang mempengaruhinya, salah satunya yaitu kerapatan gulma sehingga menyebapkan terjadinya interaksi antara dua tanaman, dimana ada beberapa kemungkinan bentuk interaktif antara tumbuh-tumbuhan yang hidup secara bersama-sama, dimana terjadi interaksi baik yang negatif maupun yang positif, dimana interaksi negatif antara lain adalah kompetisi. Kompetisi didevinisikan sebagai hubungan interaksi dua individu tumbuhan, baik yang sama atau berlainan jenis sehingga menimbulkan pengaruh negatif bagi keduanya sebagai akibat pemanfaatan secara bersama sumberdaya yang ada dalam keadaan terbatas. Sumberdaya atau faktor tumbuh yang diperebutkan terutana adalah air, hara, cahaya dan ruang tumbuh. (Anonim,2009).
Gulma mempengaruhi banyak fase pengusahaan tanaman dan menyebapkan kerugian yang serius dalam hasil, kualitas dan kuantitas selain itu meningkatkan biaya produksinya dimana gulma dalam lahan pertanian dapat berpengaruh negatif terhadap hasil dan kualitas panen, disebapkan oleh persaingan kebutuhan tumbuh seperti air, hara dan cahaya. (Fryer.J.D,1988)
Kompetisi cahaya mengendalikan proses fotosintesis tumbuhan. Oleh karena itu, apabila tanaman tidak mendapatkan cahaya karena ternaungi oleh gulma maka ia tidak mempunyai energi untuk tumbuh yang akan mengakibatkan kematian. Derajat kompetisi dipengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan cahaya oleh daun. Penyerapan cahaya oleh daun dipengaruhi oleh bentuk daun, luas tajuk, tinggi serta besarnya batang. Kompetisi cahaya secara vertikal dipengaruhi oleh tinggi sedangkan secara horizontal dipengaruhi oleh bentuk dan luas daun. Luas daun yang dimiliki oleh tumbuhan sangat mempengaruhi kemampuanya dalam menyerap cahaya sekaligus mempengaruhi kemampuannya berkompetisi dengan cahaya.(Shooichi.M.1977), dari beberapa faktor diatas maka perlu diadakannya suatu percobaan untuk mengetahui sejauh tingkat kerapatan populasi gilma dalam mempengaruhi pertumbuhan tanaman bawang merah.
Tujuan
Untuk mengetahui pengaruh kerapatan (populasi) gulma terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah dan kacang tanah
Metode
Tempat dan Tanggal Praktikum: Praktikum ilmu gulma diadakan pada tanggal 20 April 2009, bertempat di laboraturium Agronomi, Fakultas Pertanian Universitas Mataram
Bahan dan Alat yangdigunakan: Bibit tanaman bawang merah dan benih tanaman kacang tanah, umbi gulma teki, tanah, pasir, pupuk kandang, polybag dan alat tulis menulis
Prosedur Kerja:
1. Tanah, pasir dan pupuk kandang dicampur dengan perbandingan 2:1:1 sebagai media.
2. Campuran media dimasukkan ke dalam polybag sampai ketinggian 4 cm dari bibir polybag.
3. Semaikan umbi gulma teki sebanyak populasi perlakuan yang direncanakan pada 4 hari sebelum benih tanaman disemaikan. Benih tanaman ditanam sebanyak 2-3, setelah benih tumbuh dan berumur 7 hari dijarangkan dengan menyisakan 2 tanaman yang pertumbuhannya baik.
4. Penyiraman dilakukan sesuai keadan dan dalam takaran yang sama untuk menjaga kelembaban tanah.
Pengamatan :
1. Ukur tinggi tanaman
2. Hitung jumlah daun..
3. Timbang berat brangkasan basah dan kering tanaman dan gulma
Hasil Pengamatan
Tabel 1. Rerata tinggi tanaman bawang merah
Perlakuan | Tinggi tanaman(cm) umur hari setelah tanaman (hst) | ||||
7 hst | 14hst | 21hst | 28hst | 35hst | |
Kontrol | 11 | 11 | 12 | 12 | 13 |
2 Gulma | 4 | 5 | 6 | 3 | 6 |
4 Gulma | 4 | 5 | 3 | 4 | 3 |
6 Gulma | 5 | 4 | 3 | 3 | 4 |
Table 2. Rerata jumlah daun tanaman bawang merah
Perlakuan | Jumlah daun (helai) umur hari setelah tanaman (hst) | ||||
7 hst | 14hst | 21hst | 28hst | 35hst | |
Kontrol | 30.9 | 31.5 | 32 | 32.9 | 33.1 |
2 Gulma | 30.7 | 30.6 | 20 | 21.3 | 7 |
4 Gulma | 30.1 | 30.6 | 24.3 | 25 | 16 |
6 Gulma | 16.1 | 24 | 20 | 21.2 | 13.3 |
Tabel 3. Rerata tinggi tanaman kacang tanah
Perlakuan | Tinggi tanaman (cm) umur hari setelah tanaman (hst) | ||||
7 hst | 14hst | 21hst | 28hst | 35hst | |
Kontrol | 16.92 | 21.1 | 22.8 | 23.9 | 25.7 |
2 Gulma | 15.33 | 18.87 | 21.75 | 22.5 | 23.05 |
4 Gulma | 15 | 20 | 21.5 | 22 | 22.5 |
6 Gulma | 16.23 | 19 | 20.66 | 21.5 | 22.3 |
Table 4. Rerata jumlah daun tanaman kacang tanah
Perlakuan | Jumlah daun (helai) umur hari setelah tanaman (hst) | ||||
7 hst | 14hst | 21hst | 28hst | 35hst | |
Kontrol | 64 | 71 | 81.5 | 93.5 | 108.8 |
2 Gulma | 41.5 | 47 | 53.5 | 65 | 76.5 |
4 Gulma | 48 | 56 | 68 | 74 | 80 |
6 Gulma | 35 | 42.8 | 48.6 | 52.8 | 56.5 |
Tabel 5. Rerata berat brangkasan basah dan kering; diameter umbi, jumlah umbi dan berat umbi tanaman bawang
Perlakuan | Berat brangkasan basah (g) | Berat brangkasan kering (g) | Jumlah umbi | Diameter umbi g (cm) | Berat basah umbi (g) | Berat kering umbi (g) |
Kontrol | 28,42 | 3.70 | 13,67 | 1,92 | 14,68 | 3.75 |
2 Gulma | 4,72 | 3.49 | 7,00 | 0,81 | 11,60 | 3.70 |
4 Gulma | 3,71 | 0.53 | 5,50 | 1,34 | 3,20 | 3.44 |
6 Gulma | 5,37 | - | 4,50 | 1,48 | 6,78 | - |
Tabel 6. Rerata berat brangkasan basah dan kering; jumlah polong, berat basah dan berat kering polong tanaman tanah
Perlakuan | Berat brangkasan basah (g) | Berat brangkasan kering (g) | Jumlah polong | Berat basah polong (g) | Berat kering polong (g) |
Kontrol | 40,75 | 7.19 | 10,0 | 14,71 | 5.63 |
2 Gulma | 31,84 | 5.97 | 6,67 | 11,84 | 4.13 |
4 Gulma | 19,39 | 3.53 | 6,00 | 10,53 | 0.98 |
6 Gulma | 23,17 | 2.83 | 2,00 | 2,86 | 0.58 |
Tabel 7. Rerata berat brangkasan basah dan kering gulma teki
Perlakuan | Berat basah teki pada tan.bawang (g) | Berat kering teki pada tan.bawang (g) | Berat basah teki pada tan. kacang tanah (g) | Berat kering teki pada tan. kacang tanah (g) |
2 Gulma | 15,29 | 0.53 | 14,70 | 2.88 |
4 Gulma | 19,17 | 3.28 | 17,56 | 7.04 |
6 Gulma | 11,10 | 3.70 | 21,00 | 11.06 |
Tabel 8. Rerata berat brangkasan basah dan kering gulma teki
Perlakuan | Jumlah anakan teki pada tan kacang tanah | Jumlah anakan teki pada taan. bawang merah |
2 Gulma | 10,00 | 14,00 |
4 Gulma | 15,00 | 21,00 |
6 Gulma | 21,00 | 23,50 |
PEMBAHASAN
Dilihat dari hasil maka dapat diketahui bahwa gulma memiliki daya kompertisi yang dapat dikatakan sangat bagus, dimana dari hasil panen tanaman baawang dan kacang tanah diketahui terjadi penurunan hasil panen ketika mengalami kompetisi terhadap gulma teki. Seperti yang dapat dilihat pada tabel diatas, dimana rerata berangkasan basah dan kering gulma teki pada tanaman bawang merah dan kacang tanah jauh lebih beras dibanding berat tanaman kacang tanah dan bawang merah itu sendiri, dan juga dapat dilihat bahwa hasil panen pada control jauh lebuh tinggi dibanding pada tanaman kacang dan bawang merah yang diujikan, hal ini disebapkan terjadinya persaingan hidup antara gulma dengan tanaman kacang tanah dan bawang merah.
Selain itu pengaruh kerapatan populasi gulma teki terhadap pertumbuhan tanaman bawang merah dan kacang tanah terjadi persaingan antara tanaman budidaya terhadap gulma rumput teki mengakibatkan kerugian hasil dan kuantitas tanaman budidaya.
Yang paling diperebutkan antara tanaman dengan gulma berupa unsur nitrogen, dan unsur hara yang lainnya, dikerenakan nitrogen dibutuhkan dalam jumlah yang banyak, maka lebih cepat habis dibandingkan dengan unsur yang lainnya
Sebagaimana dengan tumbuhan yang lainnya, gulma juga membutuhkan yang namanya air didalam proses pertumbuhannya, jika ketersediaan air dan hara pada suatu lahan terbatas jumlahnya, maka terjadi persaingan antara gulma dengan tanaman didalam memperebutkan air, begitu juga dengan unsur hara yang lainnya, jika jumlah unsur hara disuatu lahan terbatas maka terjadi persaingan didalam memperebutkan unsur hara tersebut.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat di ambil dari praktikum kali ini adalah sebagai berikut :
Kerapatan populasi gulma terhadap tanaman bawang merah dan kacang tanah memberikan dampak yang negatif terhadap jumlah, kualitas dan kuantitas hasil panen
Daftar Pustaka
Anonim,2009. Penuntun Praktikum Ilmu Gulma. Team Pembimbing Praktikum Ilmu Gulma Fakultas Pertanianuniversitas Mataram. Mataram
Fryer.J.D. 1988. Organisasi Penelitian Gulma.Yarinton.inggris
Shooichi.M.1977.Penanggulangan Gulma Secara Terpadu.Bina Aksara.Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar